Satu moment di satu hari


Satu hari di lain waktu
hari yang tak pernah bisa ku lupa

Pelajaran menjiplak dan menggunting
telah ku bagi rata kertas lipat warna warni satu orang satu, alat untuk menjiplak pun sudah di tangan mereka, Dika pegang bintang Farah bulan,

Papa lingkaran, Ikhsan daun, Dhapin burung, Arya segi tiga, dan Saeful bentuk segi empat.semua pilihan mereka sendiri .

" bilang Bismillah dulu, lalu gambar pake pinsil dulu ya..."
aku memegang tangan Dhapin memutarnya sesuai pola yang lain mengikluti meski tidak semua pas dengan pola.

" Ibuuu .. bantuiinn.. " Dika merengek karena pinsilnya melesat jauh dari pola. ku dekati dia lalu ku tuntun jarinya mengitari pola.

"Ibuuu..gini yaa..." Farah mengacungkan kertas warnanya,.

" Alhamdulillah .. farah pinter ya.." ku acungkan jempolku padanya dan dia tersenyum senang.

"gimanaaa iniii..." Papa merajuk karena tidak berhasil juga mendapat gambar gambar yang memuaskannya ,aku tertawa karenanya, akhirnya dengan di bantu memegang kertasnya puas juga dia dengan hasil karnya , dan mereka mengguntingnya kemudian menempelnya di buku gambar, mereka saling tukar pola dan aku asyik menemani Dhapin menggunting dan membantu melem nya untuk kemudian menempel.
tiba tiba aku tersadar beberpa menit kemudian.

"Dika mana ya.." aku bertanya pada Papa yang duduk di sampingnya.

" Dika di sini Ibuu..." suaranya terdengar di kolong bangku, aku terkejut segera ku longokkan kepalaku ke kolong meja.

"Dika sayang .. lagi apa kamu nak ..?" aku sedikit cemas.

" ga papa bu ..." dia segera keluar dari kolong meja dan ku lihat senyum lucunya mengembang di sana ..

"Dika sudah selesai Ibu.." katanya sambil menyodorkan bukunya padaku ...

"Wah... Dika pinter ya .. hebat anak Ibu Alhamdulillah.."

"boleh istirahat bu.."

" tentu saja boleh setelah berdoa dulu .."
dengan cepat dia selesaikan doanya lalu berlari keluar, aku tersenyum. satu persatu tugas menjiplak dan menggunting mereka selesai , aku senang karena anak anak tidak terlalu menguras energiku, ku kumpulkan hasil karya mereka dan aku pun berdiri, memasukkan hasil kerja anakku ke temapt buku mereka masing masing
tiba tiba
Bu Wati bertanya dengan mimik muka yang heran

"Bu Teni kenapa roknya, perasaan tadi pagi ga begitu.." Bu Wati menujuk rok lebarku
refplek ku ikuti arah telunjuknya.
dan... Masya Alloh..
ujung rokku sobek tergunting......!!
aku pun tersadar...

"Dika yaaa..."

Ujung gaunku bisa ku jahit dan tak merubah apapun,
namun kenangan yang tertoreh karena ulah manis itu sungguh tak ternilai,setiap aku teringat maka aku tersenyum geli..
doa ibu untukmu selalu Handika Bagus Pratama, kau tumbuh menjadi anak yang membanggakan...
sebab di lain hari pelajaran yang sama,kembali dia berhasil menggunting tasku dengan sukses walau perasaanku aku sudah ekstra menjaganya.
kau memang pintar nak...ckckck.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Permen Papa

Muhammad Ziyadhatul Khoiry, Permataku