Sehari bersama guruku


Matahari sepenggalah segera menghangat, perlahan namun pasti, tak peduli semua gerak hidup di Bumi, Ah atau malah sebaliknya..? dia sangat peduli hingga di detailnya, cahayanya sampai hingga ke pucuk rebah di semak belukar di sela rimbun hutan lebat, tanpa terkurang tepat sesuai porsi yang di butuhkan, dan fotosentetis mereka sempurna adanya, tanpa syarat , tanpa kata.Sungguh metamorfosis Alam semesta yang luar biasa hasil karya Arsitek Maha Cerdas, Subhanalloh.
Dan 10 menit ku menunggu akhirnya ku lihat rombongan guruku datang juga, bersamaan Alun Alun kotaku mulai memutih, peserta khataman 30 Zuz berbaju putih putih juga mulai memadat.
Kutuntun buah hatiku mendekati Beliau, lalu duduk melingkar di karpet yang sudah tersedia, ku lihat Beliau naik ke mimbar, mengambil tempat lalu duduk bersila bersama para petinggi yang terhormat di Kotaku.

Ada yang bergetar di dadaku, entahlah itu bangga, haru ataukah malah sedih, rasa ini sangat ku kenal, sering ku abaikan namun tak juga sirna malah mengental membuat sesak resah di dadaku.
Nanar ku bertahan menatap Beliau, sorban putihnya, baju putihnya, wajah putihnya, membuat Beliau begitu berwibawa, Aku pun tertunduk jua menahan bening yang mulai luruh di mataku.
Aku kibaskan ingatan bagaimana tadi Beliau datang di antar putra sulungnya, ku lirik mobil mobil mewah berplat merah, dan Guruku turun di sela selanya dari sebuah Motor yang seharusnya sudah teronggok di bengkel sebagai rongsokan, Aku tersenyum perih bagaimana Aku ingat perlu perjuangan yang memeras keringat agar Burok Guruku itu mau hidup, dan saat terdengar suaranya di iringi kepulan asapa yang berbau, si kecilku sering meledeknya, Motor Akhi Fahd berisik kaya blender, sebab ku larang dia itu mengatakan jelek pada barang milik orang lain di hadapan pemiliknya.duh.
Tema acara hari itu adalah Cinta Rosul
Sepanjang acara hatiku gundah, benar benar resah.
Bayangan bagaimana Guruku menerima tamu yang terhormat ataupun murid yang sedang haus ilmu, yang jauh maupun yang dekat, seorang ataupun rombongan, Beliau menerima tamunya di teras rumah yang hanya tersedia satu sofa panjang itu pun sudah koyak moyak, pudar warnanya entah coklat atau merah, lapuk terpapar matahari dan tepisan air hujan,lebih ke dalam tergambar jelas ruang perpustakaan Beliau, yang kecil dan sumpek, dengan kusen jendela yang rapuh termakan rayap jika di bersihkan maka habislah rangka jendela nya itu, ruang perpustakaan yang merangkap segala macam tempat sesuai kebutuhan yang pasti mendesak.
Kaca mata baca yang ku pakai menahan bening yang tak bisa lagi ku tahan.
Di sore harinya, ku temui Beliau dan ku curahkan protesku
"Kenapa tak ada yang tergerak, terusik, untuk memuliakan Ustad yang sangat membutuhkan bantuan para Aghniya, dan para Dermawan, yang terpelihara dari meminta ini...??"
Suaraku berapi api tapi parau
" Terlalu banyak meminta sekalipun itu hak , sering menghinakan " Suara Beliau lembut dan datar, ada senyum di sana.
" Tapi bukankah manipestasi dari Cinta Rosul adalah salah satunya juga memuliakan para pengemban estafet Da'wah Rosul ini ...??"
Aku masih protes.
"Tugas kami adalah menyampaikan ajaranNYA dan biarlah Alloh SWT yang menggaji kami juga"
Ku lirik Ummi Istri Beliau, ada senyum yang tak kalah tabah di sana.
"Percayalah, Alloh itu Maha Pengasih tak akan salah menyampaikan rijki bahkan untuk seekor semut di dalam tanah sekalipun Alloh tak pernah lupa membarinya rijki "
Aku terdiam tak lagi protes.
" Berusaha maksimal, lalu memintalah pada yang tak pernah menghinakan, yang tak pernah itung itungan dalam memberi, yang dermawan melipat gandakan yang kita minta"
Ummi menjelaskan tetap dengan senyumnya.
Aku tertunduk meng iyakan .
Amin.
Ada semangat yang mengalir hangat di dadaku.
Baiklah akan ku kerjakan, tiap undakannya
letih, dan lama aku tak peduli
akan ku tagih upahku padaNYA
akan ku tagih janji dan jaminanNYA

"Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu" (QS. 47:7)

Amin.

Tepat Adzan Maghrib ku ajak si kecilku bersujud, bertransaksi denganNYA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Permen Papa

Muhammad Ziyadhatul Khoiry, Permataku

Satu moment di satu hari