Dia adalah... Waktu.



Terdengar suara mobil memasuki garasi, jam pulang kantor memang sudah 3 jam terlewati, sudah masuk waktu maghrib.

" Biiiiiiiiii......." tergopoh gopoh si bibi berusia 50 tahun itu membukakan garasi si bibi sudah hapal banget teriakkan nyonyanya,tangannya masih berlepotan busa sabun sepertinya sedang mencuci piring dia.

"Assalamualaikum Tuan..." ucapan rutin si bibi sambil membawakan tas tuannya
"Waalaikum salam bi....." si tuan membalas sambil tersenyum, raut kelelahan nampak jelas di mukanya.

"Pulang telat pah ? " si istri menoleh sebentar lalu asyik dengan acara tv yang sedang di ikutinya.si tuan mengangguk tanpa suara.dan si tun pun masuk kamar .
" Biiiiiiiii......." si nyonya kembali teriak, dan si bibi sudah hapal betul teriakkan kali ini makna suruhannya berbeda
" ya nyah " dan dengan sigap si bibi menyiapkan makan sore buat si tuan

5 tahun berlalu, 10 tahun berlalu.si bibi sudah kembali ke kampungnya karena tubuh rentanya tidak sanggup lagi mengabdi pada tuan dan nyonyanya.
dan
" biii...." si tuan memanggil si bibi sepertinya si tuan tidak bisa menyadari bahwa si bibi sudah tidak di rumahnya lagi,si nyonya dengan muka sedih mengingatkan suaminya

"ini aku pah, sudah 5 tahun ko ga sadar sadar, sekarang aku yang melayanimu" jawab si istri sambil meraih tas kantor suaminya, mereka masuk dan menghampiri meja makan, kembali si tuan berteriak

"biiiii...." tak ada rona bingung di wajah suaminya, merasa pasti dengan alam sadarnya
si istri jatuh terduduk, air bening meluncur dari kedua belah pipinya yang tak lagi muda lelah dan sedih terbayang jelas

"maafkan aku suamiku, seandainya dulu aku yang selalu melayanimu kau tak akan terikat seperti ini " sambil menghapus air matanya yang terus mengalir si istri teringat pesan dokter yang memberi terapi suaminya.
bahwa sebenarnya tahun tahun sewaktu dia di layani si bibi , si suami marah dan kecewa sama istrinya karena selalu yang merawat dan menyediakan segala kebutuhannya itu pembantunya, namun dia bukan type pemarah hingga energi marahnya tersimpan di bawah sadarnya, dan menjadi daya tolak akan keberadaan istrinya sekarang.

ada satu yang tak bisa kembali meski di beli dengan materi sepenuh bumi
dia adalah WAKTU.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Permen Papa

Muhammad Ziyadhatul Khoiry, Permataku

Satu moment di satu hari