Satu Hari, di Akhir Tahun...



"Ibu masuk..?"
"Iya sayang ayo kita masuk ajak temen temennya"
Aku berdiri dari kursiku dan ku simpan beberapa buku laporan harian yang sedang ku kerjakan, ku lirik jam sudah menunjuk di angka 9.30, waktu istirahat anak anak sudah habis, jadi ku iya kan saat Wulan bertanya  barusan.Anak anak berlarian masuk dan mengerubungi mejaku, beberapa wajah mungil ini nampak merah mengkilat basah oleh keringat, hmmm... aktifitas mereka memang tidak ada duanya berlari dan bergerak terus menerus selam 30 menit waktu istirahat membuat darah di tubuh mereka mengalir deras dan lancar. Ku ajak mereka untuk cuci tangan dan membasuh wajah mereka agar lebih segar.
15 menit kemudian, aku sudah duduk bersimpuh di lingkaran bersama anak anak yang hendak berdoa bersiap hendak pulang, namun sebagian besar anak anakku masih berlarian di dalam kelas tak menghiraukan tepuk tangannku yang mengajak mereka duduk di lingkaran.
"Nabil, Kiki, Fathan, ayo duduk sayang.. kita mau berdoa  .."Kutangkap lengan mereka satu satu ketika mereka berkelit hendak lari, malah senang mereka menggodaku, dan aku menghela nafas."Siapa yang mau pulangggg....?."
"Akuuu....." yang menjawab mereka yang sudah duduk manis berhimpitan didekatku semua ingin menjadi yang paling dekat denganku jadi lingkaran tak juga bagus bertumpuk di sisi kanan kiriku."Tepuk satu... prokk... tepuk dua... prok..." Yang tepuk tetap mereka yang bertumpuk ini, yang lain masih sibuk dengan kesenangannya masing masing, tetap dengan lari larian berkejaran di ruangan , enath apa yang membuat mereka begitu senang saling mengejar, ada yang ketawa ketawa saling dorong, ada juga yang ngobrol dengan asyiknya enath apa topiknya seru banget sepertinya sehingga tak peduli padaku yang berkali kali gagal meminta perhatian mereka.
"Satu... dua... tiga.... empat ... lima....." Aku berhitung tetap duduk di lingkaran sambil memejamkan mata."Enam.. tujuh ... delapan... sembilan...." Ku dengar anak anak berlarian berebut tempat duduk di lingkaran sambil mengikutiku berhitung. Alhamdulillah ... hatiku lega akhirnya tertarik juga mereka."Sepuluh ... sebelas ... dua belas.... tiga belas..." Tanpa ku lihat sebab aku juga menutup mata dengan tenang, aku tahu sambil ngos ngosan mereka mencoba menutup mata, peraturannya yang sudah bisa memejamkan mata dengan baik maka tak lagi ikut berhitung, mata di tutup dengan sikap tenang , menarik nafas dalam dalam, lalu di hembusakan lagi, terus begitu berulang ulang sampai hitungan benar benar berhenti dan tak ada yang mengintip, jika mereka semua mengikuti peraturan akan ada kejutan, begitu permainannya.
"Dua puluh satu... dua puluh dua.. dua puluh tiga .. dua puluh empat..."Dan hitungan benar benar berhenti... tak ada satu pun anak yang mengeluarkan suara, giliran aku membuka mata dan bersuaara dengan perlahan agar mereka tetap berkonsentrasi.
"Datang tidak ya..... ? apakah masih ada yang mengintip...?  kalau masih ada yang tidak menutup mata dengan benar maka dia tidak akan datang.." Subhanalloh... setiap kali situasinya begini aku selalu takjub, semua duduk rapi melingkar dengan mata tertutup tangan di pangkuan, sungguh wajah wajah polos yang berenergi luar biasa, ternyata hanya membutuhkan hitungan tak lebih dari 25, berarti sekitar 25 detik mereka sudah bisa berkonsetrasi dengan cepat.
Kegiatan menutup mata ini, sengaja ku berikan pada mereka dengan tujuan menurunkan aktifitas mereka yang pasti membuat segala pergerakkan di dalam tubuhnya juga berada pada tingkat yang maksimal, dengan menutup mata aku berharap, mereka bisa cukup tenang, adrenalin nya juga menurun, tapi konsentrasi tetap optimal, sehingga waktu pulang mereka dalam kondisi yang prima tidak kelelahan, mereka pulang dengan badan yang bugar. Insya Alloh.
Agar mereka mau menutup mata, aku katakan jika mereka tak mengintip akan ada kejutan, nanti ada beberapa dari anak anak yang mendapatkannya, tapi di larang keras mengatakan apapun kejutan dan hadiah yang mereka dapatkan pada temannya sebab jika di bocorkan maka dia tak akan datang lagi memberi kejutan serta hadiah pun tak akan ada lagi, ku buat perjanjian itu, dan mereka menyetujuinya dengan senang hati, permainan ini sudah berlangsung sekitar dua bulan lebih dan anak anak masih antusias.
Dan aku pun berkeliling di dalam lingkaran memastikan semua anak anak menutup mata dengan baik tanpa mengintip dan mencari anak  yang paling baik sikapnya sejak awal."Mana yaaa..... anak yang paling sholeh.. anak yang paling baik... anak yang paling manis hari ini.." Suaraku ku buat perlahan, setengah berbisik menjaga agar mereka tetap konsentrasi.Tak ada satu pun yang berteriak akuuuuu...di bibir mereka tersungging senyum berharap merekalah yang terpilih.
"Anakku sayang... Ibu sayang padamu... jadilah anak pintar matahari bangsaku.." Aku bersenandung perlahan dan mendekati Mila, yang dari sejak awal begitu manis menuruti semua peraturannya beberapa detik aku di dekat Mila sambil tetap memastikan tak ada yang mengintip.Setelah beberapa detik yang ku butuhkan untuk memberi hadiah pada anak yang termanis di hari ini, aku kembali duduk di lingkaran "Dua'an...."Sambil menunduk aku mengajak mereka semua berdoa di akhir kegiatan dan itu juga sebagai tanda bahwa mereka boleh  membuka mata.Setelah selesai berdoa, maka suasana menjadi sangat menyenangkan semua anak dengan wajah bertanya melihat padaku."Makasih anak anak sudah mengikuti sulap ibu, siapa yaaaa ... yang hari ini dapat hadiah...?"" Aku ibuuu...." Mila dengan semangat mengacungkan tangannya, serentak semua mata tertuju sama Mila yang tersenyum senang, tak ada apapun di tangannya. dan semua bertepuk tangan  meski penasaran terbayang jelas di wajah mereka.
"Alhamdulillah.... karena Mila hari ini jadi anak yang paling manis jadi mendapat hadiah dari ibu, dan kalian semua juga mendapat hadiah karena berdoa dengan baik, hadiahnya berupa pahala dari Alloh yang Maha Penyayang..""Ibu  aku mau dapat hadiahnya..."
"Aku jugaaa..."
"Aku juga.."Semua antusias mengacungkan tangannya."Baiklah besok kita bikin lagi ya....besok giliran kalian yang mendapat hadiah.."
"Janji ya buu..."
"Baiklah ibu janji.. " Kataku sambil mengacungkan jari kelingkingku."Horeee...."
Untuk menjaga antusias mereka agar tidak bosan  memang tidak tiap hari aku mengadakan permainan ini, hanya saat anak anak agak susah di ajak berdoa di akhir kegiatan saja.Memang benar rasio perbandingan 12 atau maksimal 15 orang anak untuk 1 orang guru  itu pun anak yang berusia 5 sampai 6 tahun. sangat terasa saat 41 orang anak kupegang sendirian, sebab guru yang lain sedang mengerjakan banyak pekerjaan menjelang akhir tahun , juga karena tema pelajaran yang harus di berikan sama anak anak sudah tuntas semua Alhamdulillah.Dan ketika mereka sudah pulang satu demi satu,  kulihat Mila di rubungi teman temannya dengan wajah yang sumringah Mila menggeleng gelengkan kepalanya saat teman temannya bertanyaa pa sih hadiahnya sebab dia tahu dan berjajni tidak akan memberi tahu teman temannya tentang hadiahnya itu .Senyumnya cantik sekali, aku tahu meski tidak seberapa hadiah yang aku berikan tapi sangat mereka sukai aku tahu dari wajah dan senyum mereka yang selalu tampak mengembang tanda bahagia  saat mereka menerima hadiah itu dariku.
Memang sangat sederhana, tak harus membeli sesuatu barang, tapi ku pastikan dan aku tahu setiap mereka sangat menyukainya meski tak berbentuk nyata .Sangat murah dan sangat gampang namun nilainya aku pastikan membuat anak anak bahagia melebihi saat mereka di berikan hadiah berbentuk kado,yang kadang bisa saja isinya mungkin  bukan yang di inginkan si anak.
Hadiah yang ku berikan adalah sebuah ciuman kecil di kedua belah pipi Mila, lalu ku peluk  dengan hangat, ku biarkan mereka memelukku beberapa saat, dengan mata tetap terpejam , aku selalu melihat senyum di bibir mereka, dan entah siapapun yang ku pilih untuk mendapatkan hadiah itu, semua dari mereka tersenyum saat ku cium pipinya dan memelukku erat cukup lama .
Mereka suka di cium dan mereka suka di peluk, luar biasa bahagianya mereka.
Saat esok harinya aku selalu mendapat sepasang mata yang ceria mendekatiku
"Ibuuu......"
"Iyaaaa... ada apa sayang...?"
Tak ada jawaban selain senyum dan mata ceria bercahaya lalu kemanjaan khas anak anak, dan aku mengerti
" Sini mau di peluk lagi...??" Aku pun berjongkok ku rentangkan tangan sambil tersenyum.
dan "Ibuuuu .. aku mau.....""Aku juga...."
Tak hanya satu jadinya yang jatuh kepelukanku kadang malah aku yang terjatuh ke belakang bersama sama.
Sweet memory.
In my heart
In my life
Wonderfull

Makasih anak anakku..
Makasih Ya Alloh  ya Robby
Engkaulah sumber kasih sayang itu.


dini hari, banjar 22 mei 2012
by ; camar putih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Permen Papa

Muhammad Ziyadhatul Khoiry, Permataku

Satu moment di satu hari